Thursday, March 31, 2011

Story Behind Love Song


 

Michael Buble – Kissing a fool

You are far
When I could have been your star
You listened to people
Who scared you to death
And from my heart 
 
Strange that you were strong enough
To even make a start
But you'll never find
Peace of mind
Till you listen to your heart


People
You can never change the way they feel
Better let them do just what they will
For they will
If you let them
Steal your heart from you

People
Will always make a lover feel a fool
But you knew I loved you
We could have shown them all
We should have seen love through

Fooled me with the tears in your eyes
Covered me with kisses and lies
So bye
But please don't take my heart


You are far
I'm never gonna be your star
I'll pick up the pieces
And mend my heart
Strange that I was wrong enough
To think you'd love me too

You must have been kissing a fool
I said you must have been kissing a fool


But remember this
Every other kiss
That you'll ever give
Long as we both live
When you need the hand of another man
One you really can surrender with
I will wait for you
Like I always do
There's something there
That can't compare with any other


You are far
When I could have been your star
You listened to people
Who scared you to death
And from my heart
Strange that I was wrong enough
To think you'd love me too
You must have been kissing a fool
You must have been kissing a fool

You
must have been kissing a fool


*****

Apa kabar, kekasih?! Kuharap saat ini pun kau belum buta warna, karena bila kau sudah buta warna, kau tak akan mengerti mengapa aku menulis semua ini.
Sebenarnya maksudku sederhana, aku hanya ingin kau tau apa yang kurasakan tiap kali tak bosan-bosan aku mendengar lagu di atas. Mungkin dengan kata dan warna, walau tanpa suara, tanpa tatap muka, kau akan mengerti juga.


Bila kau melihat warna ini, aku sedang mengenang saat-saat terakhir kita bersama dulu, saat kita mulai terpisah sesuatu yang kau sebut jarak. Saat aku terpaksa tak bisa selalu ada di sisimu seperti biasanya, saat aku mulai tak tau apa yang kau pikirkan, kau rasakan, karena semuanya mulai kau simpan sendiri tak kau sampaikan. Saat kau mulai berpikir sendiri tanpa mengajakku seperti biasanya, atau entah apa mungkin kau sudah mengajak berpikir seseorang yang lainnya. Saat kau di kotamu, dan aku di kotaku. Saat kita berada di tempat berbeda, entah apakah saat itu harapan kita masih di tempat yang sama.


Lalu dengan warna ini aku mulai tau maksud diammu yang tiba-tiba saat itu, saat kau mulai membisu. Pernah aku merasa heran dengan sikapmu, tapi dengan warna ini aku memaklumi benar akan pilihanmu meninggalkanku. Walau aku tak begitu suka dengan sikap dan caramu. Tapi ini, warna pemakluman. Tidakkah warna ini bagimu menenangkan?!


Kuharap dengan warna ini kau juga dapat memaklumi sikapku. Aku hanya manusia, walau hanya satu dalam seribu, namun juga aku pun satu dari 999. Aku bagian mereka, namun bukan mereka. Aku satu yang mungkin memiliki beberapa hal yang berbeda, karena itu aku tak mau menghapusnya dengan harus mengikuti bagaimana yang 999 lainnya. Dengan warna ini aku berharap, agar kau bisa melakukan hal yang sama denganku. Tidak bisakah kau berpandangan sepertiku?!

Aku sedang tersenyum dan sedikit tertawa saat kau melihat warna ini. Bukan senyum senang, bukan senyum nyaman, bukan juga senyum bahagia seperti saat tiap kali dulu kita berjumpa dan kau memakai baju berwarna ini yang bagiku cukup mengganggu mata. Tapi bagiku keberadaanmu selalu dapat mengalahkan semua hal yang tak ku suka, bahkan terkadang aku tak begitu perduli dengan warna apapun asalkan kau ada. Namun kali ini dengan warna ini aku tersenyum, aku tertawa, senyum miris, tawa yang mengiris-iris. Kini warna ini sangat mengganggu mata, sejak kau mungkin memang tak bisa ada.


Aku bingung harus merasa apa dengan warna ini, entah bagaimana aku harus menjelaskannya. Tapi saat kau melihat warna ini, sambil bernyanyi bibirku tersenyum, lalu tertawa sambil menangis, pipiku dijatuhi air mata walau memang tak seberapa. Entah bagaimana rasanya. Entah bagaimana menjelaskannya. Ini warna tersulit yang ingin kujelaskan padamu, kucoba mencari cara menjelaskan yang lebih baik tapi tak pernah bisa, jadi dengan warna ini aku menyerah, tapi aku tak pernah bisa menyerah, walau aku tau aku tak mampu. Jadi entah aku harus merasa apa. Entah aku perlu bicara apa. Cukup begini saja aku menjelaskannya.


Tidakkah ini terlihat seperti warna yang putus asa?! Bagai warna yang enggan ada, bagai sebuah tulisan di sebuah dinding yang mulai dan semakin tersamar terhapus angin badai dan waktu. Kupikir walau tanpa kata, warna ini sendiri sudah dapat menjelaskan maksudnya.


Maaf, dengan warna ini sebenarnya aku agak emosi. Bukan marah, hanya saja terasa ada tekanan yang menghentak-hentak di dada, tekanan yang besar sekali, aku tak dapat menahannya. Seakan ada sebuah tekad yang dengan sangat ingin kujelaskan padamu, yang kuharap dapat membuatmu percaya padaku seperti rasa percayaku padamu dulu yang tanpa cela, hingga kau yakin bahwa aku berbeda dengan banyak mereka yang mungkin pernah juga mencintaimu sebelumnya. Hingga kau mungkin suatu saat nanti dapat menerima bahwa dibandingkan dengan mereka semua aku memang tidak sama. Hingga kuharap kau mau kembali berpikir untuk kita kembali bersama. Karena aku berbeda!!
Aku tau, kau pernah katakan tak suka memakai baju dengan warna ini, mungkin kau memang tak suka warna ini. Silahkan, bila kau mau berpura-pura buta warna. Tapi aku ingin kau tau, juga berbeda dengan mereka yang lainnya, tak akan pernah ada kata pernah bagiku untukmu, apapun yang terjadi, bila juga kau tak akan pernah mau mengerti.


Sudah kujelaskan setiap warnanya. Mungkin kau akan tau apa yang kurasakan tiap kali tak bosan-bosan aku mendengar lagu ini, itupun bila memang kau mau tau. Di akhir lagu aku merasa banyak warna bersatu, entah bagaimana rasanya, mungkin seperti gila. Entahlah, aku belum pernah menjadi gila, aku selalu sadar dengan yang kulakukan. Kau bayangkan sendiri saja bagaimana rasanya, kau sudah tau arti setiap warnanya.

Baiklah, bila kau sempat, ingat aku suatu saat. Jangan lupa, kau pernah sangat dekat dengan orang bodoh, aku. Aku bahkan masih saja mencintaimu saat kau mencintai seseorang yang bukan aku. Lebih bodoh lagi, sepertinya aku lebih mencintaimu dibanding kau mencintai orang itu. Ah iya, aku memang senang menjadi bodoh untukmu, sejak dulu.


Hey, dengarkan lagunya, :')

No comments:

Post a Comment