Ada seorang pemuda, sebut saja si Fulan. Dulu dia seorang yang rajin beribadah. Kalau masalah shalat wajib berjama’ah jangan ditanya, dia tidak pernah ketinggalan mengerjakannya. Shalat malam?! dia pun ahlinya. Baca Al-Qur’an?! sudah berkali-kali khatam. Puasa senin-kamis?! itu rutinitas mingguannya. Menghadiri pengajian?! Lha wong ustadznya saja sangat dekat dengan dia karena saking rajinnya menghadiri pengajian.
Namun itu cerita dulu. Sekarang si Fulan telah berubah. Alhamdulillah tidak sampai berubah “180 derajat”. Tapi ibadah-ibadah yang dulu dia geluti sekarang hampir semuanya dia tinggalkan. Lho kenapa ya?!
Mengenal Penyakit Futur
Mungkin yang sekarang menimpa si Fulan -atau orang yang sejenisnya- adalah rasa futur dalam mengerjakan ibadah. Futur adalah suatu masa dimana seseorang yang tadinya begitu bersemangat tiba-tiba menjadi lemah, seolah semangatnya itu lenyap ditelan waktu.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Setiap amal perbuatan itu memiliki puncak semangatnya, dan setiap semangat memiliki rasa futur.” (HR.Ahmad)
Hindari Sikap Berlebihan
Salah satu hal yang menjadikan ajaran Islam ini sebagai rahmatan lil ‘alamin adalah dilarangnya sikap berlebihan dalam beribadah dan tercelanya perbuatan tersebut.
Banyak dalil yang menunjukkan hal ini, diantaranya kisah tiga orang sahabat yang mendatangi rumah istri-istri Rasulullah demi menanyakan bagaimana beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam beribadah. Setelah mereka bertiga diberitahu tentang hal tersebut mereka merasa minder, lalu berkata, “Kita ini siapa dibandingkan dengan Rasulullah?! padahal beliau seorang yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.”
Kemudian salah seorang dari mereka bertiga berkata, “Kalau begitu aku akan shalat malam terus menerus (dan tidak tidur).”
Yang satunya lagi berkata, “Adapun aku, aku akan berpuasa seharian penuh dan tidak berbuka.”
Yang lainnya lagi berkata, “Kalau aku, aku akan memisahkan diri dari wanita dan tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian Rasulullah mendatangi mereka seraya bertanya, “Apakah kalian yang tadi berkata demikian dan demikian?!. Adapun aku, demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah di antara kalian. Akan tetapi bersamaan dengan itu, aku berpuasa dan aku pun berbuka. Aku shalat dan aku pun tidur. Aku pun menikah dengan para wanita. Dan siapa saja yang tidak suka dengan sunnahku, maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seseorang yang berlebih-lebihan dalam agama kecuali akan terkalahkan.” (HR. Bukhari)
Bahkan Rasulullah sendiri saja terkadang tidak memperpanjang shalatnya, sebagaimana yang dituturkan oleh Abu ‘Abdillah Jabir bin Samrah Radhiyallahu ‘anhuma, “Aku pernah shalat bersama Nabi. Shalat beliau tidak lama, demikian pula dengan khutbahnya.” (HR. Muslim). Al-Imam An-Nawawi menerangkan bahwa maksudnya adalah shalatnya tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.
Sedikit Asal Rutin, Itu Kuncinya
Untuk ibadah-ibadah yang hukumnya tidak wajib, kita boleh untuk tidak mengerjakannya secara menyeluruh. Bahkan yang terbaik dalam beramal adalah mengerjakan yang kita bisa meskipun tidak banyak asal dengan syarat : RUTIN.
Inilah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya, “Amalan yang paling dicintai adalah yang rutin walaupun sedikit.” (Muttafaq ‘alahi)
Rasulullah juga pernah menasehati ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, “Wahai ‘Abdullah, janganlah kau menjadi seperti orang itu. Dulu ia rajin qiyamul lail, namun kemudian meninggalkannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Harus Sesuai Syari’at
Sebuah pemahaman yang patut dimengerti oleh setiap muslim adalah bahwa amalan itu hanya dapat diterima jika memenuhi 2 syarat utama: (1) ikhlas hanya karena Allah, dan (2) mengikuti apa yang telah disyariatkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Kalau salah satu keduanya tidak ada, maka amalan tersebut tertolak.
Sah-sah saja kita beramal dengan berbagai macam ibadah selagi kita mampu, namun yang perlu diperhatikan juga ialah amalan-amalan tersebut hendaknya bersumber dari 2 syarat tadi. Jika amalan yang kita kerjakan selama ini ternyata hanya sekedar ‘produk buatan’ manusia saja (tidak sesuai dengan syariat, membuat ibadah baru), apalagi ditambah dengan ketidak-ikhlasan kita, maka yakinilah bahwa amalan tersebut pasti tertolak.
Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membuat-buat ajaran baru yang bukan berasal dari kami maka ia tertolak.” (HR.Muslim)
Dan masih ingat dengan kisah 3 orang sahabat tadi?! Bukankah amalan-amalan yang mereka lakukan itu semuanya baik bila kita melihatnya dengan sekilas saja (shalat semalam suntuk dengan tidak tidur, puasa seharian penuh dengan tidak berbuka, dan bersikeras untuk tidak menikah) ?! Akan tetapi Rasulullah membencinya disebabkan ketidaksesuaian amalan-amalan tersebut dengan syari’at Islam.
Betapa indahnya perkataan seorang ‘Abdullah bin Mas’ud terkait masalah ini, “Sederhana dalam mengikuti Sunnah itu jauh lebih baik daripada berlebih-lebihan dalam mengerjakan amalan-amalan baru yang tidak pernah dicontohkan Nabi.”
Jangan Disalahpahami !
Apa yang baru saja kami paparkan bukanlah pembelaan untuk mereka yang bermalas-malasan dalam beribadah dan bukan pula celaan bagi mereka yang berusaha memperbanyak amalan shalih. Jangan sampai ada dari kita yang malah memandang sinis orang-orang yang rajin beribadah seraya mengatakan, “Jadi orang Islam itu ga usah fanatik kayak gitu lah.”
Tapi mari kita sama memperbanyak amalan shalih sebagai bekal kita menuju kehidupan akhirat kelak. Beribadahlah sesuai kesanggupan. Mari sama-sama berangkat ke masjid selama masih diberi kesanggupan oleh Allah. Yuk sama-sama mengaji agar kita bisa kenal agama. Ayo shalat malam selagi kita masih sehat wal ‘afiat. Kalau ada rezeki maka infakkan fi sabilillah, dan tabung untuk bisa berangkat haji ke tanah suci. Begitu juga dengan ibadah yang lainnya, kerjakan selagi mampu dan jangan memaksakan diri. Rutinkanlah ibadah tertentu yang patut Anda banggakan nanti dihadapan Allah. Serta jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar kita dan saudara-saudara kita tetap diberi ke-istiqomah-an dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut.
Dan bagi Anda yang sanggup melakoni segala macam ibadah, bersyukurlah. Karena sesungguhnya kesanggupan Anda tersebut tidak lain adalah anugerah dari Allah Ta’ala, bukan semata-mata karena kekuatan fisik Anda.
Oleh Abu Nu'aim bin Syarief
Showing posts with label Story. Show all posts
Showing posts with label Story. Show all posts
Wednesday, May 4, 2011
Tuesday, April 26, 2011
Menghadapi Gelombang Kehidupan

dan kapan ia harus berhenti di "setiap hal dalam hidupnya"
Kisah kali ini tentang pentingnya untuk berhenti sejenak dalam mengarungi derasnya gelombang kehidupan. Di penggir pantai yang indah dan tanpak mempesona 2 orang sahabat sedang asik berenang2 .
" Ayuk Di, agak ke tengah dikit.., Salim mangajak budi dengan komando kepalanya..
"Ogah ah.. serem.. lo aja yang ketengah, lo kan pinter berenang... budi sedikit ngeri mengiyakan ajakan Salim.
"Tenang aja lagi Sob.. kan ada Gw.. lo pasti aman deh... Salim meyakinkan budi yang terlihat ketar ketir..
"Yakin? aman yak?!!!.. budi meminta kepastian Salim..
"Yakin aman Di... gw kan juara renang di sekolah... lo pasti aman.. kalo ada apa2 lo bisa andelin kemampuan renang gw.. Salim memastikan ucapannya.
" Oke deh
mereka berenang menjauhi bibir pantai tempat mereka berasal.. mengambang, berubah gaya berenang, dan canda menjadi
"sesaji" kala mereka menempuh senti demi senti air asin yang sedang mereka tracking...
Tiba2 angin mulai sedikit demi sedikit mengencang.. Gelombang mulai meninggi.. dan Awan hitam berbondong bondong mendekati daratan..
"Lim.. gimana nih.. budi panik..
"Yuk ke pingigir sekarang..salim mengajak budi...
budi mengikuti salim yang berenang di depannya..
tiba2 Ombak yang sangat tinggi bergulung dari arah belakang tubuh mereka..
"Huaaaaaaaaaaaaaaaa..... Budi berteriak sekencangnya...
"Lo gak papa kan Bud??? salim berteriak dari arah depan..
"aku aman..kamu dimana lim ??? budi mencari salim yang tadi berenang di depannya..
"Gw di depan lo bud.. kehalang ombak nih.. lo terus aja berenag ke pinggir .. nanti kita ketemu disana...
"aku takut gak kuat Lim.. kamu sih enak pinter berenang.. Budi meneriaki Salim...
"Udah berenang aja lo.. pasti bisa kok.. Salim menyahut dari kejauhan.. dan suaranya semakin jauh dari tubuh budi yang mulai kelelahan..
Salim memacu kecepatan renangnya dan menerjang gelombang yang semakin meninggi.. berkali kali ia menghilang dan timbul dari riak2 air..
Sementara Budi sudah kelelahan.. ia tak mampu lagi berenang melawan gelombang yang mematahkan kayuhan kakinya untuk berenag menuju pantai.. ia hanya pasrah mengikuti kemana gelombang membawanya.. "Tuhan.. inilah akhir hidupku.." budi membatin sedih.. ia yakin Salim sedang menunggunya di pinggir pantai sambil berharap harap cemas akan keadaannya.. semoga Salim bisa sabar menunggu ku.. budi menangis haru didalam kesendiriannya..
30 menit berlalu.. budi mulai menyadari gelombang laut sudah tidak separah beberapa waktu lewat.. angin cenderung bergerak tenang, ombak bergulung hanya beberapa centi saja.. nampak dihadapannya bibir pantai tempat ia dan salim biasa berenang..
Bersusah payah Budi bergerak hingga menyentuh pasir yang memutih di hamparan pinggiran pantai..
"alhamdullilah.... budi kembali terisak....,,
Belum lagi pulih tenaga budi.. ia segera bergegas mencari Salim yang mungkin sejak tadi mencarinya..
"Saliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiim... liiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimmm.... budi berteruiak keras memanggil sahabatnya...
"Dek dek.. apa kamu nyari teman kamu??? seorang bapak nelayan menghampiri budi..
"iya betul pak.. , bapak ada liat enggak ya??
" coba liat di balai desa dek.. siapa tau itu teman adek...
Budi berlari kearah balai desa dan menyaksikan pemandangan pilu dihadapannya.., Salim telah terbujur kaku, beberap nelayan menceritakan , mereka menemukan salim terombang ambing di lautan.. mungkin ia tenggelam karena terlalu lelah melawan gelombang yang sedang gila-gilanya beberapa jam lalu..
Budi kembali menangis sejadi jadinya.. " kenapa salim.. kenapa bukan aku.. bukankah aku tidak pandai berenang, bukankah salim juara renang di sekolah..." air matanya membanjir hebat... terbayang semangat sahabatnya yang menyuruhnya terus berjuang hingga tiba di pinggir pantai..
Selamat jalan sahabat.. Budi meninggalkan secarik kertas putih bertuliskan.. "Terimakasih" diatas tanah merah tempat Salim terbaring ubntuk selamanya...
Taukah kalian kenapa aku berterimakasih kepada sahabatku???
kerena dari kejadian ini aku tau satu hal yang mungkin akan aku ingat seumur hidupku..
kejadian ini mengajarkan padaku..
Dalam hidup, kita bukan sekedar harus menjadi kuat, pandai dan terampil..
Dalam hidup kita bukan sekedar harus menjadi sosok yang dibanggakan, di elu elukan, atau di damba dambakan..
tapi kita juga mesti tau kapan kita harus berhenti sejenak untuk berjalan atau berjuang, bukan untuk menyerah, apalagi kalah...
kita berhenti sesaat untuk " memastikan " apakah kita sanggup terus berjalan, kita berhenti sejenak untuk "memikirkan" kapan waktu yang tepat untuk kembali melangkah.
Tidak akan mungkin kita sanggup mendaki Mount evrest tanpa jaket...
tidak akan mungkin kita sampai puncak himalaya tanpa berhenti untuk berkemah...
Kita berhenti sesaat untuk memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita saat melawan
"GELOMBANG GELOMBANG KEHIDUPAN"
Karena gelombang itu akan berubah setiap hari..
dan kita tidak harus berhenti pula setiap hari..
tapi berhentilah saat"TIBA2 GELOMBANG ITU BEGITU MENAKUTKAN DAN TERAMAT BERAT UNTUK KITA LALUI DALAM BEBARAPA MENIT"
Berhentilah dan berfikirlah,,.. biarkan sejenak tubuh kita untuk beristirahat..
jika sudah mereda.. lanjutkan perjalanan panjang ini dengan ketenangan dan rangkaian pilihan bijak.
Orang hebat bukanlah orang yang suaranya paling besar, temannya paling banyak , ilmunya paling tinggi, hartanya paling berlimpah,
orag hebat adalah orang yang tau kapan ia harus berjalan. dan kapan ia harus berhenti di "setiap hal dalam hidupnya"
Labels:
Artikel,
Cerpen,
Islamic,
Reprogramming Mindset,
Story
Cerpen : Cerita Cinta Nadia
Nadia mengeluh kepada kekasihnya, setiap kali nadia bertanya kepada tunangannya..
“kenapa sih kamu kok bisa cinta aku??” tunangannya hanya menjawabnya dengan senyuman, bukan sekali atau dua kali, namun puluhan kali nadia tetap mendapat jawaban yang sama..
suatu sore nadia tengah duduk sambil bercerita ala para wanita bersama teman temannya.
Fina,Angel, dan Aqila..
nadia iri terhadap teman-temannya, mereka selalu punya alasan mengapa tunangannya mereka memiliki alasan setiap kali ditanya “kenapa kamu cinta aku”..
Fina suka bilang, suka sama dia karena Fina orangnya cantik
sedangkan Angel, dia cinta Angel karena Angel anaknya BAIK, ASIK, dan tentu saja cantik
kemudian Aqila, aqila bilang.. “ suka sama aku gara2 denger aku jadi vokalis band di kampus, katanya sih suaraku bagus dan unik., dia selalu bilang.. “bersyukurnya aku, Istri BAIK, CANTIK, PINTER NYANYI LAGI…”
Sedangkan Nadia.. lagi dan lagi tidak punya jawaban.. karena tunangannya tidak pernah mengatakannya..,,
nadia kecewa.. “Beararti tunangannya tidak mencintaiku lagi” !!! nadia mengambil garis besar dari apa yang di alaminya.. mereka semua punya alasan.. sedangkan kamu enggak pernah punya… .. kekasihnya hanya diam.. dia seperti ingin mengatakan sesuatu kepada nadia.. tapi nadia tidak memberinya kesempatan.. nadia melangkah penuh rasa kesal..
Suatu hari nadia pergi keluar kota bersama teman2nya.. jalanan penuh dengan kabut tebal.. hujan turun sangat lebat.. nadia kehilangan control mobilnya.. mobil terjun bebas kedalam jurang..
Gelap..
sunyi..
hilang..
nadia tersadar dalam keadann yang berbeda, Wajahnya penuh luka gores yang dalam, bekasnya membuat nadia menjerit sejadi jadinya..
tapi lagi lagi nadia tidak bisa menjerit seperti biasa, lidahnya kelu… dokter masih kesulitan mengobati saraf lidah miliknya.. ada sesuatu yang salah pada lidah nadia.. ia tidak bisa menggubakannya untuk berbicara..
Belum habis kesedihannya.. saat akan melangkah nadia kesakitan.. karena kedua kakinya di Gips.. ia mengalami patah tulang parah akibat tergencet Dashbor mobilnya.. beruntung orang tuanya tidak mengijinkan dokter untuk mengamputasi kedua kaki nadia..
Nadia benar2 terpukul..
Di tempat pemulihan, nadia yang tengah duduk diatas kursi roda.. memandangi hijaunya lembah yang bergurat hebat 4 bulan sudah nadia berada disana, namun nadia belum merasakan perkembangan yang menggembirakan.. kakinya masih saja lumpuh.. lidahnya masih belum mampu berrkata sepatah-pun.
sedangkan wajahnya.. hingga hari itu, nadia enggan melihat cermin…
Suatu pagi , seorang pemuda datang, ia menghampiri nadia di tempatnya biasa duduk. karena nadia belum bisa berbicara, nadia hanya menulis ucapannya pada selembar kertas..
“Kenapa kamu kesini??
“aku kesini pengen ketemu kamu Nad..”
“kemana aja kamu selama ini?? kamu malu ya punya mantan calon istri yang Cacat??
pemuda itu tersenyum.. “aku enggak malu nad
“kenapa kamu punya fikiran buat ketemu aku lagi, bukannya dulu aku udah marahin kamu, apalagi sekarang aku Cacat, aku Buruk dan sudah enggak bisa apa-apa lagi.. aku udah enggak berarti..” nadia menangis…
pemuda itu memandang lekat wajah nadia..
“kamu tau nad, Dulu , aku enggak bisa menjawab ketika kamu selalu bertanya , mengapa aku mencintai kamu… kalau dulu kukatakan aku mencintai kamu karena kamu pandai bernyanyi, tentu setelah keadaan kamu seperti sekarang, tidak ada alasan lagi bagiku mencintai kamu, kalau kukatan aku mencintaimu karena kamu pandai manari, masih adakah cintaku setelah kakimu tidak dapat digerakkan lagi, setidaknya sekarang??? dan kalu kukatakan karena wajahmu yang cantik dan menarik, tentu cintaku hilang setelah wajahmu cacat dan jelek..
“Jadi.. Dari dulu sampai sekarang hingga Nanti. Aku mencintaimu tanpa Alasan.. “aku mencintai apa adanya kamu”
Nadia menangis ..terharu
Cinta adalah.. Memberi… memberi… dan memberi.. cinta yang murni tidak pernah meminta, tidak pernah menuntut, ia hadir tanpa pamrih, ia penuh dengan keiklasan…
Dengan cinta hidup terasa manis.. indah dan sempurna..
ingat tidak saat masih pacaran.. pacar jerawatan dibilang sebersih embun, badan pacar gendut dibilang seksi dan menawan.. dan banyak lagi pembenaran lainnya.. tapi banyak diantaranya setelah menikah,, semua itu seperti lenyap.. kenpa?? “karena kita memiliki alasan….”
AKU MENCINTAIMU KARENA AKU TAK MEMPUNYAI SATUPUN ALASAN..
BEGITU JUGA AKU.. AKU TAK MEMILIKI SATUPUN ALASAN UNTUK MENINGGALKANMU..
JANGAN BERI AKU ALASAN UNTUK MENCINTAIMU… KARENA KELAK AKU AKAN MENINGGALKANMU DENGAN ALASAN ITU…
“kenapa sih kamu kok bisa cinta aku??” tunangannya hanya menjawabnya dengan senyuman, bukan sekali atau dua kali, namun puluhan kali nadia tetap mendapat jawaban yang sama..
suatu sore nadia tengah duduk sambil bercerita ala para wanita bersama teman temannya.
Fina,Angel, dan Aqila..
nadia iri terhadap teman-temannya, mereka selalu punya alasan mengapa tunangannya mereka memiliki alasan setiap kali ditanya “kenapa kamu cinta aku”..
Fina suka bilang, suka sama dia karena Fina orangnya cantik
sedangkan Angel, dia cinta Angel karena Angel anaknya BAIK, ASIK, dan tentu saja cantik
kemudian Aqila, aqila bilang.. “ suka sama aku gara2 denger aku jadi vokalis band di kampus, katanya sih suaraku bagus dan unik., dia selalu bilang.. “bersyukurnya aku, Istri BAIK, CANTIK, PINTER NYANYI LAGI…”
Sedangkan Nadia.. lagi dan lagi tidak punya jawaban.. karena tunangannya tidak pernah mengatakannya..,,
nadia kecewa.. “Beararti tunangannya tidak mencintaiku lagi” !!! nadia mengambil garis besar dari apa yang di alaminya.. mereka semua punya alasan.. sedangkan kamu enggak pernah punya… .. kekasihnya hanya diam.. dia seperti ingin mengatakan sesuatu kepada nadia.. tapi nadia tidak memberinya kesempatan.. nadia melangkah penuh rasa kesal..
Suatu hari nadia pergi keluar kota bersama teman2nya.. jalanan penuh dengan kabut tebal.. hujan turun sangat lebat.. nadia kehilangan control mobilnya.. mobil terjun bebas kedalam jurang..
Gelap..
sunyi..
hilang..
nadia tersadar dalam keadann yang berbeda, Wajahnya penuh luka gores yang dalam, bekasnya membuat nadia menjerit sejadi jadinya..
tapi lagi lagi nadia tidak bisa menjerit seperti biasa, lidahnya kelu… dokter masih kesulitan mengobati saraf lidah miliknya.. ada sesuatu yang salah pada lidah nadia.. ia tidak bisa menggubakannya untuk berbicara..
Belum habis kesedihannya.. saat akan melangkah nadia kesakitan.. karena kedua kakinya di Gips.. ia mengalami patah tulang parah akibat tergencet Dashbor mobilnya.. beruntung orang tuanya tidak mengijinkan dokter untuk mengamputasi kedua kaki nadia..
Nadia benar2 terpukul..
Di tempat pemulihan, nadia yang tengah duduk diatas kursi roda.. memandangi hijaunya lembah yang bergurat hebat 4 bulan sudah nadia berada disana, namun nadia belum merasakan perkembangan yang menggembirakan.. kakinya masih saja lumpuh.. lidahnya masih belum mampu berrkata sepatah-pun.
sedangkan wajahnya.. hingga hari itu, nadia enggan melihat cermin…
Suatu pagi , seorang pemuda datang, ia menghampiri nadia di tempatnya biasa duduk. karena nadia belum bisa berbicara, nadia hanya menulis ucapannya pada selembar kertas..
“Kenapa kamu kesini??
“aku kesini pengen ketemu kamu Nad..”
“kemana aja kamu selama ini?? kamu malu ya punya mantan calon istri yang Cacat??
pemuda itu tersenyum.. “aku enggak malu nad
“kenapa kamu punya fikiran buat ketemu aku lagi, bukannya dulu aku udah marahin kamu, apalagi sekarang aku Cacat, aku Buruk dan sudah enggak bisa apa-apa lagi.. aku udah enggak berarti..” nadia menangis…
pemuda itu memandang lekat wajah nadia..
“kamu tau nad, Dulu , aku enggak bisa menjawab ketika kamu selalu bertanya , mengapa aku mencintai kamu… kalau dulu kukatakan aku mencintai kamu karena kamu pandai bernyanyi, tentu setelah keadaan kamu seperti sekarang, tidak ada alasan lagi bagiku mencintai kamu, kalau kukatan aku mencintaimu karena kamu pandai manari, masih adakah cintaku setelah kakimu tidak dapat digerakkan lagi, setidaknya sekarang??? dan kalu kukatakan karena wajahmu yang cantik dan menarik, tentu cintaku hilang setelah wajahmu cacat dan jelek..
“Jadi.. Dari dulu sampai sekarang hingga Nanti. Aku mencintaimu tanpa Alasan.. “aku mencintai apa adanya kamu”
Nadia menangis ..terharu
Cinta adalah.. Memberi… memberi… dan memberi.. cinta yang murni tidak pernah meminta, tidak pernah menuntut, ia hadir tanpa pamrih, ia penuh dengan keiklasan…
Dengan cinta hidup terasa manis.. indah dan sempurna..
ingat tidak saat masih pacaran.. pacar jerawatan dibilang sebersih embun, badan pacar gendut dibilang seksi dan menawan.. dan banyak lagi pembenaran lainnya.. tapi banyak diantaranya setelah menikah,, semua itu seperti lenyap.. kenpa?? “karena kita memiliki alasan….”
AKU MENCINTAIMU KARENA AKU TAK MEMPUNYAI SATUPUN ALASAN..
BEGITU JUGA AKU.. AKU TAK MEMILIKI SATUPUN ALASAN UNTUK MENINGGALKANMU..
JANGAN BERI AKU ALASAN UNTUK MENCINTAIMU… KARENA KELAK AKU AKAN MENINGGALKANMU DENGAN ALASAN ITU…
Monday, April 25, 2011
BuatSeseorang : Ini benaran gak ya ?
Hari ini gue duduk di depan laptop dan ga ada kerjaan. kalian tau kan kalo ga ada kerjaan itu gimana ?
gue obrak abrik google, facebook, twitter dan semacamnya. tiba2 gue ketemu cerita ini. sangat menyedihkan. hati gue pun bertanya ? " Ini cerita benaran apa cuman karangan bebas ? "
Tapi Sumpah cerita ini bikin gue sedih dan sempat bertanya ada ya orang seperti ini ?
kalian mau lihat ceritanya ? " INI CERITANYA "
" Haii…., Nama ku Sandra, umur ku tiga tahun
Aku pasti anak yg bodoh aku pasti anak yg nakal
yang selalu membuat ayah ku marah dan selalu memukuli ku
aku berharap tidak berwajah cacat seperti ini
jadi mungkin ibu ku akan selalu mau memeluk ku setiap waktu
Ketika aku bangun aku selalu sendirian
dan ketika keluarga ini pergi aku tidak pernah di bawa
saat mereka pulang ke rumah aku selalu mencoba menjadi anak yang baik
jadi aku mungkin hanya akan mendapatkan satu pukulan di malam hari
Malam ini aku mendengar suara mobil ayah ku datang di halaman
terdengar sumpah serapah nya dari sini
nama ku di panggil nya aku memojokan diri ku merapat ke dinding kamar
aku mencoba untuk sembunyi dari diri nya
aku sangat ketakutan sekarang dan mulai berkeringat dingin
Dia menemukan ku sedang menangis
dan berteriak kepada ku dengan nama-nama binatang
dia mengatakan kalau semua itu adalah kesalahan ku
atas rasa malu nya di kantor
di mana semua teman nya selalu membicarakan kecacatan ku
dia menampar ku dan memukul ku
dan berteriak lebih banyak lagi kepada ku
Aku berlari menuju ke pintu
tapi ia sudah mengunci pintu nya dan aku mulai berteriak histeris
dia mengangkat tubuh ku yang tidak sampai 10 Kg ini
melemparkan nya ke dinding kamar yang keras
dan membenturkan kepala ku di sana
aku jatuh ke lantai dengan tulang yang patah
dan kepala yang retak
tapi ayah ku masih terus melanjutkan nya
sampai aku tidak bisa bergerak lagi……..
‘Maafkan aku ayah…….’, lirih ku pelan
tetapi itu sudah sangat terlambat
aku berdoa kepada tuhan
oh Tuhan berikan belas kasih Mu
biar lah ini cepat berlalu
karena aku pun tak mau terlahir cacat seperti ini
dan akhir nya ayah ku pun berhenti
dan pergi meninggalkan tubuh ku di lantai
aku terbaring tergeletak di sana tak bergerak lagi….
Nama ku Sandra, umur ku tiga tahun
malam ini ayah ku telah membunuh ku…… "
SUMPAH !! RASANYA GUE INGIN NGE BUNUH AYAH SEPERTI DIA ITU!!
@BuatSeseorang
http://bseseorang.blogspot.com/
Monday, April 18, 2011
Kisah Wanita Buta Dan Suaminya Yang Setia

Setelah yakin bangku yang dirabanya kosong, dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yang penuh dengan ambisi menaklukan dunia, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungannya.
Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya. Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan yang selama ini dicita-citakan.
Merasa tak berguna dan tak ada seorang pun yang sanggup menolongnya selalu membisiki hatinya. “Bagaimana ini bisa terjadi padaku?” dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo’a dan memohon, dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.
Diantara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai suami yang begitu penyayang dan setia, Burhan. Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya. Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang.
Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam kedalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belum menjadi buta.
Burhan tahu, ini adalah perjuangan yang tidak gampang. Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit. Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dengan terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile. Dengan harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan.Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan. Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian.Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yang akan melindunginya ketika sendirian? Begitulah yang berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.Tapi Burhan membimbing Jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin musti belajar huruf Braile.
Dengan sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yang dituju. Dengan Susah payah dan tertatih-tatih Yasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin. Lengkap dengan seragam dinas security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dengan hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dengan musibah yg dialaminya.
Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu. Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. “Saya buta, tak bisa melihat!” teriak Yasmin. “Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya.” Burhan hancur hatinya mendengar itu.Tapi dia sadar apa yang musti dilakukan.
Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri. Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte. Berjalan dengan tongkatnya. Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya, di manapun dia berada.
Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dengan tenang Burhan pergi ke tempat dinas. Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami yang begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu Diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar. Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar, dengan mengendarai bus kota sendirian.
Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, “saya sungguh iri padamu”. Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. “Anda bicara pada saya?” ” Ya”, jawab sopir bus. “Saya benar-benar iri padamu”. Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dengan tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri? “Apa maksud anda?”
Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. “Kamu tahu,” jawab sopir bus, “Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dengan seragam militer selalu berdiri di sebrang jalan. Dia memperhatikanmu dengan harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yang memperhatikan dan melindungimu”.
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tersebut, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yang lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yang tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yang membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.
Friday, April 15, 2011
Di Ujung Senja Nanti

Selamat malam, Sahabat Radio Cihuy! Hari ini saya merasa lelah dan random sekali, rasanya seperti seharian sudah mengendarai motor mengusahakan sesuatu yang ternyata belum saatnya kali ini didapatkan dan berakhir kehujanan. Mungkin hanya karena belum mandi. Baiklah kalau begitu, saya buat kopi dulu, dingin.
Selamat datang kembali di siaran perdata Radio Cihuy, sahabat semua. Saya persembahkan lagu ini khusus untuk anda semua yang baru saja kehujanan. Selamat menikmati.
#nowplaying Monita – Kekasih Sejati
Oke, jadi apa yang akan kita lakukan kali ini.. hmm.. bagaimana kalau kita bermain tebak-tebakan?! Siapa yang tau jawaban dari pertanyaan saya, mendapat kesempatan jalan kayang naik Monas. Tapi Monas masih di Jakarta sih, nggak jadi kalau gitu.
Saya akan buka email yang masuk ke inbox Radio Cihuy, di antara ribuan email dari Cihuyers yang masuk ini, setelah saya tentukan sebelumnya, akan saya pilih satu email secara random. Dan email yang sedang sial akan saya bacakan.
Nah, sudah saya dapatkan. Email kiriman dari.. duh, lagi-lagi pengirim lupa menyertakan alamat emailnya. Sepertinya baru saja kami terima, oh benar sekali, tertanggal hari ini dan bertuliskan pukul 22.25. Baiklah, akan saya bacakan.
Tapi sebelumnya tolong ya, bagi Cihuyers yang mau mengirim email ke Radio Cihuy lain kali jangan lupa menyertakan alamat emailnya.
Sore tadi, aku terhenti di tepi sebuah jalan yang masih sibuk dengan urusan manusia. Saat rinai gerimis membias cahaya matahari, membentuk pelangi. Waktu seakan sengaja memperlambat langkahnya, mempertemukan mataku dengan pelangi yang perlahan terkikis merah langit senja.
Sejenak, aku tak peduli bagaimana dunia.
Malam ini kurebahkan tubuh lelahku, pejamkan mata, tak ada yang kulihat selain hitam. Telingaku hanya penuh dengan lirih nyanyian hujan yang menenggelamkan.
Tiba-tiba terlintas dalam kepalaku, kubayangkan seseorang yang sedang mencintaiku, dan aku yang mungkin juga mencintainya, sedang saling tersenyum berbagi tawa.
Lalu kubayangkan, karena suatu sebab, kecelakaan atau entah apa, ia yang mungkin kucintai harus kehilangan kedua matanya. Tak ada yang dapat ia lihat selain hitam, selain kelam. Tidak juga aku. Maka tak ada lagi saling tersenyum, tak ada lagi saling tawa, yang ada hanyalah aku yang sesekali melihatnya tersenyum, melihatnya tertawa.
Dan entah karena apa, kuputuskan memberikan kedua mataku untuknya. Lalu dengan operasi yang entah bagaimana, kedua mataku terpasang di rongga matanya. Maka aku tak lagi dapat melihat apa selain hitam, selain kelam.
Perlahan ia yang mungkin kucintai dapat kembali melihat dunia, dengan kedua mataku, sampai kapanpun ia mau atau hingga ia tak lagi mampu. Ia dapat mulai kembali melihat apapun yang ia mau dengan mataku. Suatu sore Ia dapat melihat pelangi, ia dapat melihat senja, atau ia dapat juga terus melihatku yang tak lagi mampu untuk melihatnya atau sesuatupun juga. Bila ia mau.
Dan aku, mungkin akan mulai terus seperti ini, seperti malam ini kupejamkan mataku, tak ada yang lagi dapat kulihat selain hitam, selain kelam.
Baiklah, Sahabat Radio Cihuy, tulisan di emailnya hanya sampai di situ. Tampaknya Cihuyers satu ini sedang sedikit galau, atau anda pasti penulis cerita drama, ya?! Galau kok dipiara, yang dipiara tuh kumis, biar jadi gubernur.
Ah, sudah ya. Saya sibuk, mau jemur baju bos dulu, mumpung di luar masih hujan.
Nite all, have a nice weakday.
radiocihuy.blogspot.com
Wednesday, April 13, 2011
Surat Dari Seorang Ibu Yang Terkoyak Hatinya

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu.
Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami. Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu.Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu. Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat,
Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan. Anakku…Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ?
Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ? Anakku.. Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukumanpun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat.
Ibu tidak akan sampai hati melakukannya, Anakku… Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…Anakku…Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mata ibu nak, ringankanlah beban kesedihan ibu. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini.
Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”. Anakku…Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu.
----------------------------------------------------------------------------------------
“Wahai, Rabbku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka menyayangiku waktu aku masih kecil”.
Sungguh Mulia Hatimu Ibu.
Dirumah nenek (begitulah anakku biasa memanggil Ibu), aku lihat Ibu tengah ngobrol dengan adik perempuanku satu-satunya yang sudah kian beranjak dewasa. Dari mimik mulut mereka, aku tau pasti mereka sedang membicarakan Ayah yang memang jarang pulang akhir-akhir ini. Menurut pengakuannya sih kerja, ya maklumlah Ayahku adalah seorang pengusaha Pub dan Resto yang cukup sangat sibuk.
Dan Resto Ayah kebanyakan ada di luar kota. Jadi dalam sebulan, paling banter Ayah pulang hanya tiga sampai empat kali saja. Itupun hanya setengah hari bisa duduk nyantai di rumah bersama kami sedangkan malamnya Ayah harus pergi lagi ngurusin Pub dan Karaoke.
Ayah selalu menenteng tas laptopnya setiap kali pulang dan turun dari Aerio-nya. Masih mengenakan kemeja lengan panjang dipadu dengan celana kain warna hitam dan sepatu coklat yang mengkilat. Begitulah gambaran setiap kali Ayah pulang.
Dengan mata masih setengah nyawa, aku keluar dari kamar, setelah seharian tertidur pulas, kecapekan nyetir dari rumah kami di luar kota sampai ke rumah Ibu tanpa ada yang menggantikan. Aku biarkan istri dan anakku melanjutkan tidur siangnya. Di sela-sela lemari hias, dari balik tirai kelambu, aku lihat Ibu sedang duduk di lantai keramik, memilah-milah baju Ayah yang baru saja ia angkat dari tali jemuran. Disampingnya berbaring manja adik cantikku satu-satunya.
"Gak terasa, sudah 18 tahun usiamu, Adikku..." gumamku dalam hati.
"Ibu..." dia Ratih namanya, "Ibu kenapa sih gak pernah protes ngeliat Ayah jarang pulang gitu?"
"Ayah kamu lagi kerja Sayang..." sahut Ibu tenang.
"Bohong..! Ratih ni udah besar Bu... uda tau sama hal-hal kayak gituan.."
"Hal-hal kayak gituan gimana maksud kamu?"
"Banyak temen Ratih yang ngeliat Ayah sering jalan sama gadis-gadis cantik seumuran Ratih Bu..."
"Huss..! Jangan asal bicara ya kamu, kalo Ayah denger bisa marah lho.."
"halaaaah... udalah Bu.. Ibu gak usah nutup-nutupin lagi.. Ratih udah tau semuanya." sanggah Ratih sambil mencibir.
Ku lihat Ibu lalu meletakkan baju yang tengah dipegangnya di atas alas setrikaan dan kemudian menggenggam kedua tangan Ratih erat. Dengan senyum penuh kasih dipandangnya sepasang mata itu dalam-dalam,
"Anakku... ingatlah selalu apa yang hendak Ibu katakan ini. Dan ingat itu ketika kelak kamu sudah berumah-tangga dan suami kamu sudah setua Ayah. Laki-laki seusia Ayah itu, tengah mengalami masa remajanya yang kedua. Dia mulai sedikit kekurangan kepercayaan akan dirinya.
Karena itu dia merasa membutuhkan gadis-gadis cantik dan muda di sekelilingnya yang akan selalu memberinya kata-kata pujian dan sanjungan. Yang dianggapnya itu sebagai bukti bahwa dia masih menarik, bahwa dia masih belum tua, bahwa para wanita masih mengejar-ngejar dia."
Ibu mengguncang-guncang tangan Ratih pelan dan mengusap anak rambut yang menempel di dahinya.
"Masa itu tidak akan berlangsung lama, Sayang... Bila sudah berlalu, Ayah akan kembali lagi pada kita, pada Ibu... Dan selama menanti, tidaklah berguna bagi Ibu untuk bermuka asam atau menyambutnya dengan palang pintu, sebab itu hanya akan membuatnya lari dari rumah yang dianggapnya sudah jadi seperti neraka.
Lebih baik kalo dia dimanjakan dan diberi kesan bahwa dia dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Ingat Ratih... tidak ada seorangpun yang tidak tergerak hatinya ketika mendapat perhatian lebih dari orang lain. Percayalah itu. Camkan baik-baik apa yang Ibu bilang.
Bila suamimu kelak sudah berumur mendekati lima puluh tahun, dan bila dia mulai tertarik lagi pada gadis-gadis cantik, janganlah kamu musuhi dia. Tapi tetaplah berhias yang cantik, sediakan minuman dan makanan yang masih hangat dan bereskan selalu tempat tidurnya. Siapkan baju-baju yang akan dipakainya seperti biasa.
Tutup mata kamu dan tersenyumlah. Tunggu sampai masa itu usai dan setelah semua berlalu, kamu akan merasakan sebuah kenikmatan hidup yang luar biasa. Yaitu ketika suami kamu akhirnya benar-benar kembali. Karena sesungguhnya, Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih pada hamba-Nya yang senantiasa sabar dan tawakal."
"Ibu...." spontan Ratih langsung bangun dan memeluk Ibu erat sambil menangis.
Begitu mulianya hatimu Ibu..
Dengan begitu bijaknya, Ibu menjawab pertanyaan Ratih, membela Ayah yang sudah jelas-jelas bersalah, mengkhianati kepercayaan yang Ibu berikan. Jujur aku kagum pada kemuliaan hatimu Bu... dan semua apa yang Ibu katakan itu benar-benar membuatku tergugah. Aku janji, aku akan berusaha untuk sebisa mungkin mengindari hal itu.
Tuhan... betulkah semua apa yang Ibu katakan itu..? Akankah aku nanti juga seperti itu? Jangan ya Tuhan... jangan Engkau buat hamba menjauh dari istri dan anak-anak hamba. Hamba sayang banget dengan mereka.
Tuesday, April 12, 2011
Cerpen : Jangan Benci Aku, MAMAH...!

Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.
Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.
Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.......... telah berlalu sejak kejadian itu.
Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama caya? caya lindu cekali cama Mama!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,
"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?"
"Nama caya Elik, Tante."
"Erik? Erik... Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?"
Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala. Baru sekarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu.
Ya, sepertinya saya memang harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. Ya Erik, Mama akan menjemputmu Erik...sabar ya nak...."
Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping. "Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu." tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik..... Erik......
Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.
Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mataku mulai berkaca-kaca, aku mengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari, baju butut yang kadang aku sendiri jijik mencucinya......
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu... Air mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba - tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!"
Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal di sini?"
Tiba - tiba Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus menunggu ibunya seraya memanggil, 'Mamaaa..., Mamaaa!'
Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu....."
Saya pun membaca tulisan di kertas itu...
"Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi...? Mama benci ya sama Erik? Ma...., biarlah Erik yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji ya, kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya Ma, Erik sayaaaang sama Mama, ......"
Aku menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Aku berjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!" Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah meninggalkan dunia. Ia meninggal persis di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana ...
Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda sungguh tidak terampuni!"
Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
Sunday, April 10, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)